Senin, 19 Desember 2011

Buat Para Nabi dan Syuhada Cemburu Padamu

Dari Abu Malik Al-Asy’ary, bahwa suatu ketika, setelah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyelesaikan sholatnya, maka beliau menghadap ke arah orang-orang dan bersabda,”Wahai manusia, dengarkan, pikirkan, dan amalkanlah. Sesungguhnya Allah azza wajalla memiliki hamba-hamba, yang mereka itu bukan para nabi dan bukan pula syuhada’, namun para nabi dan syuhada’ berharap seperti diri mereka, yang duduk bersanding dan dekat dengan Allah.“

Lalu datang seorang arab Badui di pinggir kerumunan orang-orang lalu menunjukkan jarinya ke arah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, seraya berkata,”Wahai nabi Allah, ada orang-orang yang mereka itu bukan nabi dan bukan pula syuhada’, yang para nabi dan syuhada’ itu berharap sekiranya seperti mereka, karena kedekatan mereka dengan Allah. Beritahukanlah kepada kami bagaimana gambaran mereka?“

Wajah beliau tampak berseri karena pertanyaan orang Badui tersebut. Maka beliau menjawab,”Mereka adalah orang-orang yang tak pernah dikenal dan terasing dari keluarga dan kabilahnya. Mereka tidak diikat oleh hubungan kekerabatan,namun mereka saling mencintai karena Allah dan saling rukun. Allah meletakkan bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya, lalu mendudukkan mereka di atasnya. Lalu Allah membuat wajah mereka dari cahaya, membuat pakaian mereka dari cahaya, membuat manusia heran terhadap mereka pada hari Kiamat, sementara mereka sendiri tidak heran. Mereka adalah para Wali Allah yang tiada ketakutan atas diri mereka, dan mereka tidak bersedih hati.“(Musnad Imam Ahmad, 5/243)

Di hadits lain dikatakan :
Di sekitar Arsy ada menara-menara dari cahaya, didalamnya ada orang-orang yang pakaiannya dari cahaya, dari wajah-wajah mereka bercahaya, mereka bukan para Nabi ataupun Syuhada. Para Nabi dan syuhada iri kepada mereka. Ketika ditanya para sahabat, “Siapakah mereka ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah saling bersahabat karena Allah dan saling berkunjung karena Allah.” (HR Tirmidzi)

Kawan, sadarkah kita bahwa siap untuk berukhuwah berarti juga harus siap menerima segala perbedaan?Mulai dari perbedaan pendapat, pemahaman, keragaman minat dan bakat, dan kemajemukan lainnya. Bersatu bukan berarti harus seragamm harus selalu sesuai dengan visi dan misi hidup kita. Dua hal yang harus sama adalah akidah dan tujuan perjuangan kita, yaituIslam dan ridlo Allah Swt. Selebihnya adalah perbedaan yang akan menambah indah kehidupan kita bersama, keragaman yang akan memberi warna dalam setiap episode hidup kita. Bersaudara bukan berarti menolak perbedaan, menentang kemajemukan. Bukankah perbedaan itu sudah ada sejak generasi pertama agama ini. Lihatlah bagaimana para khulafaur rasyidin dengan lapang dada menerima perbedaan di antara mereka, tanpa ada rasa dendam, fitnah atau caci maki.

Mari kita rajut kembali ukhuwah itu dengan semangat keikhlasan dan tentu saja dorongan iman. Marilah kita membuka mata lebar-lebar dan mendengarkan dengan seksama agar kita terhindar dari segala perpecahan. Saudara-saudara kita bukanlah semata yang ada dalam kelompok kita atau dalam lingkungan masyakarakat terdekat kita saja. Perbedaan pendapat adalah kewajaran karena setiap pribadi manusia adalah unik dan memiliki ciri khasnya masing-masing.

Abul-Aswad berkata :
Cintailah kekasihmu
Dengan cinta yang sederhana
Karena kamu tidak tahu
Kapan ia menjauhimu
Jika harus benci, maka bencilah
Tapi jangan menjauhi
Karena kamu tidak tahu
Kapan harus kembali
Alangkah sempitnya hati kita dan dangkalnya pikiran kita seandainya menganggap ukhuwah adalah sebuah keseragaman, dengan menafikan perbedaan. Ayo kita bersama rajut keindahan ukhuwah Islamiyah yang sejati itu.

Kamis, 17 November 2011

Menangis dan Manfaatnya

Menangis, bagi kebanyakan orang merupakan simbol dari kelemahan, cengeng, ‘teu kapoan’, dan ungkapan-ungkapan lain yang bernada sedikit negatif. Namun tahukan anda bahwa menangis merupakan sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi baik itu bagi perempuan maupun laki-laki. Menangis pada dasarnya merupakan luapan emosi dan reaksi atas sebuah peristiwa, baik kesedihan, kekecewaan maupun kebahagiaan.

Menangis merupakan sebuah anugerah bagi manusia, hal pertama yang kita lakukan ketika kita terlahir kedunia ini adalah menagis, tangisan menjadi tanda kehidupan. Tangisan merupakan fitrah manusia, dan ternyata menangis dan yang dikeluarkan dari aktivitas tersebut berupa air mata memiliki banyak manfaat bagi kita. Secara psikologis, menangis mampu membuat perasaan menjadi lebih baik, nyaman, dan tenang karena tangisan dapat membantu menyingkirkan kimiawi stress dalam tubuh. 

  • Meningkatkan mood. Menangis bisa menurunkan tingkat depresi seseorang. Dengan menangis, mood akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena luapan perasaan atau emosi mengandung 24% protein albumin yang bermanfaat dalam mengatur kembali sistem metabolisme tubuh. Air mata tipe ini jelas lebih baik dibanding air mata yang dihasilkan dari iritasi mata.
  • Mengurangi stress. Penelitian menyatakan bahwa air mata ternyata juga mengeluarkan hormon stres yang terdapat dalam tubuh yaitu endorphin leucine-enkaphalin dan prolactin. 
  • Melegakan perasaan. Saya menyakini setiap orang merasakan hal ini setelah menangis. Setelah menangis, berbagai masalah dan cobaan yang mendera, kekesalan dan amarah yang menyesak, serta goresan sakit hati biasanya berkurang dan muncullah perasaan lega.Perasaan lega yang dialami seseorang setelah menangis muncul karena sistem limbik, otak dan jantung menjadi lancar. Karena itu, keluarkanlah masalah di pikiran dengan menangis, jangan dipendam karena bisa menjadi tangisan yang meledak-ledak. Kata orang kalau kita terlalu sering memendam perasaan bisa menyebabkan struk, darah tinggi dan yang pasti adalah stress 
  • Menjadi penghalang agresivitas. Orang yang sedang memuncak tingkat emosinya, meletup amarahnya biasanya akan berlaku dan bersikap lebih agresif bahkan bisa berdampak destruktif. Emosi yang diluapkan dengan menangis mampu menjadi penghalang agresivitas. Seperti yang diungkapkan Oren Hasson, seorang ilmuwan dari Univesitas Tel Aviv, Israel, bahwa dengan air mata, seseorang sebenarnya tengah menurunkan mekanisme pertahanan dirinya dan memberikan simbol dirinya tengah menyerah.

Dari segi medis, kegiatan mengundang dan mencurahkan air mata ini memiliki beberapa manfaat untuk kesehatan, khususnya mata.
  • Menangis merupakan cara alami untuk mengusir unsur-unsur yang merugikan dan berbahaya dari dalam tubuh, yang dikeluarkan pada saat seseorang sedang mengalami kesedihan atau kekhawatiran. 
  • Menangis akan menambah jumlah detak jantung dan dapat dikategorikan sebagai latihan yang berguna bagi diafragma serta otot-otot dada dan kedua pundak. Setelah menangis, kecepatan detak jantung akan kembali normal, sehingga ia akan mengendur dan akhirnya muncul perasaan yaman. 
  • Membantu penglihatan karena cairan yang keluar dari mata dapat mencegah dehidrasi pada membran mata yang bisa membuat penglihatan menjadi kabur. 
  • Membunuh bakteri karena Air mata berfungsi sebagai antibakteri alami. Tanpa obat tetes mata, sebenarnya mata sudah mempunyai proteksi sendiri. Di dalam air mata terkandung cairan yang disebut dengan lisozomyang dapat membunuh sekitar 90-95 % bakteri yang tertinggal hanya dalam 5 menit. Misalnya, bakteri yang terserap dari keyboard komputer, pegangan tangga, bersin, serta tempat-tempat yang mengandung bakteri. 
  • Membantu melawan penyakit. Selain menurunkan level stres, air mata juga membantu melawan penyakit-penyakit yang disebabkan oleh stres seperti tekanan darah tinggi. Bagaimanapun, perasaan tertekan dan tersakiti bisa membuat seseorang stres. Endapan stres yang terpendam dengan menahan tangisan inilah yang sering menimbulkan gejala tekanan darah tinggi dan penyakit lainnya yang dipicu oleh stres. 
  • Para ilmuwan melakukan analisis mengenai air mata, dan ternyata mereka mendapatkan bahwa air mata itu mengandung 25 % dari protein dan sebagian dari metal, khususnya magnesium yang sarat dengan sejumlah racun yang bisa dibuang oleh seseorang dengan cara menangis dan mengeluarkan air mata. 
  • Menahan air mata berarti peracunan secara perlahan. Mengingat air mata itu mengeluarkan bahan-bahan beracun dari tubuh, maka menahan air mata berarti peracunan (toksikasi) secara perlahan di dalam tubuh. Dan, mengingat bahwa wanita memiliki kesiapan atau kecenderungan secara fitrah untuk menangis dengan porsi yang lebih banyak daripada laki-laki, maka wanita akan hidup lebih panjang usianya daripada laki-laki, setelah wanita bisa membebaskan diri dari racun yang ada di dalam tubuhnya yang ia keluarkan melalui tangis dan cucuran air mata. 
Dari paparan diatas, rasanya terlalu naïf jika kita menyatakan bahwa menagis itu bentuk kelemahan, cengeng atau yang lainnya. Jika anda ingin menagis maka menangislah. Ingat menangis dapat membuat kita rileks dan tenang meski memang tak bisa merubah keadaan namun paling tidak kita bisa melepaskan beban.

denisuryana.wordpress.com

Rabu, 16 November 2011

Rahasia Khusyu Dalam Sholat

Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat warak dan sangat khusyuk sholatnya. Namun dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyuk dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih ibadahnya, demi untuk memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyuk.

Pada suatu hari, Isam menghadiri majlis seorang abid bernama Hatim Al-Isam dan bertanya : "Wahai Aba Abdurrahman, bagaimanakah caranya tuan sholat?" 
Hatim berkata : "Apabila masuk waktu solat aku berwudhu’ zahir dan batin."
Isam bertanya, "Bagaimana wudhu’ zahir dan batin itu?"
Hatim berkata, "Wudhu’ zahir sebagaimana biasa, yaitu membasuh semua anggota wudhu’ dengan air.
Sementara wudhu’ batin ialah membasuh anggota dengan tujuh perkara :-
  1. Bertaubat
  2. Menyesali dosa yang dilakukan
  3. Tidak tergila-gilakan dunia 
  4. Tidak mencari / mengharap pujian orang (riya’)
  5. Tinggalkan sifat berbangga
  6. Tinggalkan sifat khianat dan menipu
  7. Meninggalkan sifat dengki 
Seterusnya Hatim berkata, "Kemudian aku pergi ke masjid, aku bersiap shalat dan menghadap kiblat. Aku berdiri dengan penuh kewaspadaan dan aku bayangkan Allah ada di hadapanku, syurga di sebelah kananku, neraka di sebelah kiriku, malaikat maut berada di belakangku, dan aku bayangkan pula bahwa aku seolah-olah berdiri di atas titian ‘Sirratul Mustaqim’ dan aku menganggap bahwa shalatku kali ini adalah shalat terakhirku, kemudian aku berniat dan bertakbir dengan baik.
Setiap bacaan dan doa dalam shalat ku fahami maknanya, kemudian aku ruku’ dan sujud dengan tawadhu’, aku bertasyahud dengan penuh pengharapan dan aku memberi salam dengan ikhlas. Beginilah aku bershalat selama 30 tahun."
Tatkala Isam mendengar, menangislah dia karena membayangkan ibadahnya yang kurang baik bila dibandingkan dengan Hatim.

Insya Allah, Bermanfaat dan dapat dipetik Hikmahnya.
hikmahislam.blogsome.com

Sabtu, 12 November 2011

Rahasia Bahagia

"Jika Anda ingin tetap nyaman, Anda akan cenderung tetap diam. Percayalah, Anda tidak akan mendapatkannya" (Ikhwan Sopa - Trainer)
Dari materi oleh Chuck Gallozzi.

TIDAK BAHAGIA ADALAH TANDA PERLUNYA PERUBAHAN
Ya! Jika Anda merasa kurang atau tidak berbahagia, ketahuilah: itu adalah tanda bahwa Anda memerlukan perubahan. Dan perubahan, selalu punya teman. Namanya pilihan. Dengan demikian, Anda tidak akan bisa lebih berbahagia, jika Anda tidak berubah. Anda juga tidak akan bisa berubah, jika Anda tidak segera menjatuhkan pilihan.

PILIHAN UTAMA ANDA ADALAH MENERIMA
Pilihan utama Anda, adalah menerima segala sesuatu dengan ikhlas dan apa adanya, dan menerima tanggung jawab untuk merubahnya. Setiap pilihan Anda ada konsekuensinya. Dan biasanya, pilihan itu adalah antara kebebasan atau perbudakan. Antara hidup dengan mimpi-mimpi indah, atau hidup di dalam mimpi buruk.

BAHAGIA TERCIPTA DENGAN MERUBAH DIRI SENDIRI
Apa yang harus diubah untuk menciptakan rasa bahagia? Anda tidak perlu jauh-jauh mencarinya. Apa yang perlu diubah adalah diri Anda sendiri.

Jika Anda tidak berbahagia dengan penghasilan yang Anda terima saat ini, maka daripada mengeluh tentang pelitnya boss Anda atau perusahaan Anda, mendingan Anda merubah diri Anda. Jadikanlah diri Anda lebih "berharga", dan dengannya lebih berhak atas penghasilan yang lebih besar. Banyak yang bisa Anda lakukan untuk itu. Misalnya bersekolah lagi, mengambil berbagai kursus dan mengikuti macam-macam seminar, belajar teknologi dan teknik baru, membuka bisnis sendiri, dan sebagainya. Atau, Anda cukup menjadi lebih produktif di tempat kerja, dan berupaya menjadi bagian dari solusi yang dibutuhkan oleh boss atau perusahaan Anda.

Untuk sesuatu yang Anda minta lebih, Anda harus bekerja lebih.Untuk sesuatu yang Anda ingin ekstra, Anda harus bekerja ekstra.There is no gain, if there is no pain.If You want to eliminate the debt, You can not have it without the sweat.

Begitu pula, untuk apapun yang menjadikan Anda kurang atau tidak berbahagia selain dari penghasilan Anda. Begitu pula, untuk apa saja. Begitu pula, untuk apapun yang Anda minta dari-Nya.

SEGALA SESUATU PUNYA HARGA
Harga itu diformulasikan dalam bentuk upaya dan usaha, perjuangan dan pengorbanan. Makin besar hadiah yang Anda minta, makin mahal harganya. Makin besar hasil yang Anda kira, makin besar usaha dan upayanya. Dan itu, setara dengan pengorbanan dan perjuangan Anda. Jika Anda berupaya dan bekerja mengejar impian Anda, maka Anda tak akan pernah menyesalinya.

KEBAHAGIAAN ANDA BUKANLAH KEAJAIBAN
Kebahagiaan Anda adalah hasil karya. Andalah pembuatnya. Hal terburuk yang biasa terjadi pada setiap orang, adalah saat ia mulai mencari jalan pintas yang tidak pantas. Mengandalkan magic bullet, quick fix, atau miracle cure. Atau, mendatangi para dukun dan orang pintar. Itu tidak cukup lengkap dan malah membuat Anda makin terjerembab.

MULAILAH DENGAN KEMAUAN DAN KOMITMEN
Berhentilah membuat pertanyaan yang membuat keraguan. Berhentilah mencari alasan.
Jangan pilih ini:
"Saya merasa susah dan Saya ingin hidup Saya berubah"
Tapi pilihlah ini:
"Saya ingin berubah."

HIDUP ANDA tidak akan berubah jika ANDA-nya tidak berubah.
Membaca tips ini saja, tidak akan menciptakan perubahan apa-apa. Melakukannyalah yang membuat Anda bisa mencapainya.

JANGAN MENYERAH PADA APA YANG ANDA BELUM TAHU
Pernah mendengar kisah ini? Seseorang yang bersekolah ke Jepang untuk mengambil S3 di bidang ekonomi. Ia asli Indonesia, dan tidak mengerti sama sekali bahasa Jepang atau huruf kanji. Di Jepang sana, ia menyambi bekerja di sebuah restoran. Menjadi pelayan dengan hanya tahu bahasa Tarzan. Selain itu, ia juga mencoba-coba menjadi translator yang menterjemahkan berbagai dokumen berbahasa Jepang ke dalam Bahasa Indonesia. Sepulang dari sana, karirnya melejit sebagai jebolan S3. PLUS, ia juga berhasil membuka restoran sendiri di tanah air. Restoran tempura dan sukiyaki. PLUS, ia juga berhasil membuka sebuah kursus bahasa Jepang untuk anak-anak negeri.

Maka, jika Anda punya bisnis sendiri, kemudian ingin berjualan lewat internet, pikirkanlah yang satu ini. Janganlah Anda terlalu bergantung pada orang lain. Buatlah blog sendiri. Kerjakan situs Anda sendiri. Anda tidak akan pernah menduga, siapa tahu Anda juga berbakat menjadi pakar internet marketer, atau punya usaha web hosting, menjadi konsultan SEO (search engine optimisation), menjadi selebriti blog, atau bahkan menjadi penulis buku best seller berdasarkan pengalaman bisnis Anda sendiri. Sebagai pebisnis, Anda pasti hanya tahu satu hal, yaitu bahwa semua itu adalah MUNGKIN!

Dengan tidak langsung menyerah pada apa-apa yang Anda tidak tahu mulanya, penghasilan Anda mungkin akan berlipat ganda. Lihatlah apa yang dilakukan Andrie Wongso dan Tung Desem Waringin. Lihatlah Cak Bukhin. Dan Anda tahu bahwa semuanya memang mungkin. Jika Anda mau merelakan melonggarnya keamanan dan kenyamanan, Anda akan mendapatkan lebih banyak untuk keduanya.

Ya. Segala perubahan ada harganya. Tapi ingatlah yang satu ini: harga paling mahal yang harus Anda bayar, adalah jika Anda tidak merubah apa-apa.

RISIKO TERTINGGI ANDA ADALAH MENGHINDARI RISIKO
Risiko itu adalah hilangnya kesempatan untuk mendapatkan lebih. Jika Anda ingin tetap nyaman, maka Anda cenderung ingin tetap diam. Padahal, matahari masih terbit setiap pagi. Dan saat petang, ia juga masih tetap tenggelam. Penanggalan berubah, dan waktu masih berjalan. Hanya itulah yang Anda punya. Apa yang perlu Anda lakukan, adalah mengikutinya. Mengikutinya dengan berbagai perubahan, perencanaan, penyesuaian dan pengejaran.

PERUBAHAN ADALAH ALAMIAH BAGI ANDA
Jika hari mulai pagi, Anda mulai mencari rizki. Jika petang telah datang, Anda pun bersiap untuk pulang. Jika hari hujan, Anda menepi atau menggunakan payung. Jika jalan yang Anda lewati sedang banjir, Anda memutar dan mencari jalan lain. Tidakkah itu hanya punya satu terjemah? Bahwa Anda adalah manusia yang secara alamiah terus berubah!

Lantas mengapakah lagi, Anda masih saja terus membaca-baca tips ini?
Do something! Mulailah perjuangan dan pengorbanan Anda! Dan dapatkan apa yang lebih berharga.

www.harapanmasihada.blogspot.com 

Rabu, 09 November 2011

Tinggalkan Yang Haram, Engkau Akan Dapat Yang Halal

Suatu malam yang hening, terlihat seorang lelaki berjalan-jalan di sekitar Madinah dalam keadaan lapar. Dia berhenti di luar sebuah rumah karena hidungnya mencium aroma makanan. Tampaknya iman dalam dirinya belum cukup kuat untuk menuntun perilakunya. Karena tergiur dengan makanan itu, dia menyusup masuk ke dalam rumah tersebut tanpa izin. Namun, ketika dia hendak mengulurkan tangannya untuk menggapai makanan tersebut, tiba-tiba dia teringat pesan Rasulullah SAW yang pernah didengarnya “Barangsiapa meninggalkan yang haram, dia akan mendapat yang halal”.

Mengingat kata-kata itu, dia urung mengambil makanan tadi. Dia hendak segera pergi, tapi godaan lain berkelebat di depan mata. Sebuah bungkusan menarik perhatiannya. Segera bungkusan itu di genggamnya, dengan rasa yakin tak ada orang yang tahu. Namun sekali lagi niat jahatnya dilumpuhkan oleh pesan Rasulullah SAW “Tinggalkan yang haram, engkau akan dapat yang halal”. Diletakkannya kembali barang berharga itu seraya membatin “Haram mengambil barang milik orang lain”

Belum sempat melangkah keluar, matanya menangkap godaan lebih hebat. Dadanya berdebar kencang melihat seorang perempuan cantik sedang terlelap di atas kasurnya. Perlahan dia mendekat. Tangannya bergetar, peluhpun mengalir membasahi tubuh. Nafsu membisikkan kata-kata indah ditelinganya, namun pesan Rasulullah SAW kembali kencang terngiang “Tinggalkan yang haram, akan kau dapatkan yang halal”

Dia pun beristighfar sembari perlahan melangkah pergi membawa pesan Rasulullah SAW yang melekat disanubarinya. Dia berhasil mematahkan keinginan nafsunya. Lega di hatinya sangat terasa begitu kakinya telah menapak di masjid Nabi, seusai “perang sengit” melawan godaan syaitan. Selesai sholat subuh berjamaah, lelaki itu merebahkan diri di lantai masjid, karena rasa kantuk yang tak kuasa ia lawan.

Setelah matahari meninggi, seorang perempuan datang menjumpai Rasulullah SAW di masjid. Dia mengadu rumahnya dimasuki orang. Dia takut hal itu terjadi lagi, lalu meminta kepada Beliau SAW seorang pengawal yang dapat menjaga rumah dan hartanya. Rupanya dia seorang janda.

Rasulullah SAW memandang sekelilingnya, kalau-kalau ada orang yang dapat menjaga wanita itu. Matanya tertuju pada sosok lelaki sedang terlelap di sudut masjid. Beliaupun menemui dan menanyainya, adakah dia telah beristri “Saya seorang duda”, jawab lelaki itu singkat. Beliau lalu bertanya kepada si wanita dan si lelaki, apakah keduanya bersedia menjadi suami istri. keduanya tampak tersipu malu mendengar tawaran Rasulullah SAW.

Teringat perbuatannya semalam, lelaki itu tidak dapat menahan diri daripada menangis lalu menceritakan apa yang sebenarnya berlaku di rumah wanita tersebut. Dia bertaubat. Dan akhirnya Rasulullah SAW menikahkan lelaki dan wanita itu dengan disaksikan oleh para Sahabat. Berkat meninggalkan yang haram, dia mendapat yang halal sebagai penggantinya.

Kini, wanita cantik itu dan segala di dalam rumahnya menjadi halal baginya. Godaan syaitan selalu datang di sepanjang umur kita. Tetapi umur itu akan menjadi indah, jika pada saat godaan itu datang kita mampu menahan diri, menekan nafsu, melawan syaitan agar bisa terhindar dari perangkap yang membinasakan, seperti halnya lelaki dalam kisah ini.

www.kisahislami.com

Senin, 07 November 2011

Jangan Serahkan "Remote Kontrol" Anda kepada Orang Lain

Alkisah, dalam kitab Azhraf al-Zharfa', Joha bersama putranya pergi ke pasar mengendarai keledai, sementara putranya berjalan di sampingnya. Ketika melewati kerumunan, terdengar celoteh, "Dasar orang tua semena-mena, masak anaknya disuruh berjalan kaki." Merasa tidak nyaman dengan celotehan, Joha turun dari punggung keledai dan berganti posisi dengan anak.

Di kerumunan lain, terdengar cemoohan, "Dasar anak durhaka, tega sekali membiarkan bapaknya berjalan kaki sementara ia duduk enak." Ia menyuruh putranya turun dan berjalan kaki bersamanya sementara keledainya dituntun.

Beberapa langkah kemudian, orang-orang berkomentar, "Orang aneh, mengapa keledai itu tidak dinaiki." Ia bersama sang anak menaiki punggung keledai. Di lokasi selanjutnya, orang-orang berseloroh, "Bapak dan anak sama dungunya, masak seekor keledai lemah ditunggangi berdua." Tak mau dianggap orang bersalah, Joha dan anaknya turun, lalu keledai itu dipanggul berdua. Anak-anak kecil yang melihatnya girang dan tertawa-tawa. Keduanya berjalan hingga sampai di jembatan kecil. Joha bingung dan serbasalah. Akhirnya, keledai itu dilemparnya ke sungai.

Cerita di atas adalah gambaran orang yang tidak teguh dalam prinsip. Nashruddin Joha atau dikenal dengan Nashruddin Hoja, tokoh unik pada masa keemasan Islam. Ia bermaksud pergi ke pasar untuk berdagang bersama putranya. Dalam perjalanan, ia terjebak dalam tindakan yang membuat dirinya kebingungan. Bingung bukan lantaran tawar-menawar harga atau menghitung keuntungan, melainkan bingung karena melakukan tindakan yang tak dimengerti oleh dirinya sendiri. Joha lupa bahwa tujuan perjalanannya adalah berdagang ke pasar. Maksud hati menyenangkan setiap orang, apa daya bingung yang didapat.

Karakter Joha dalam kisah di atas menurut teori kepribadian dikenal dengan conformist personality, pembawaan kepribadian yang cenderung membiarkan sikap dan pendapat orang lain untuk menguasai dirinya. Tindakan ini muncul karena ada perasaan khawatir tidak mendapat pengakuan dari orang lain. Dampak dari kepribadian ini adalah rentan untuk dikuasai oleh pengaruh-pengaruh liar dan tak mampu mempertahankan tujuan atau prinsip.

Menurut hierarki Maslow, aktualisasi diri merupakan kebutuhan tertinggi (meta-needs) dalam hidup. Aktualisasi diri muncul karena adanya konsistensi terhadap tujuan. Aktualisasi diri penting sebab jika tak terpenuhi (bagi sebagian orang yang telah terpenuhi kebutuhan dasarnya) bisa berakibat metapatologi (penyakit kejiwaan), seperti sinisme, kebencian, kegelisahan, depresi dan metapatologi lainnya. Namun, dalam kisah Joha, ia terlampau khawatir sehingga melakukan kekeliruan cara meraihnya, bahkan mengorbankan tujuannya. Akibatnya, Joha menderita kerugian waktu, energi, dan keledai.

Alquran memberi solusi untuk mengantisipasi kekeliruan di atas, yaitu dengan istiqamah (konsistensi). "Tetap teguhlah kamu pada jalan yang benar sebagaimana yang telah diperintahkan kepadamu." (QS Hud: 112). Selanjutnya, bertawakal dengan keputusan yang telah diambil. "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (QS Ali Imran: 159).

Jangan Serahkan "Remote Kontrol" Anda kepada Orang Lain. Wallahu A'lam.

Dimuat di Republika cetak edisi Selasa (26/7) dengan judul Joha dan Keledai
www.republika.co.id

Minggu, 06 November 2011

Menangislah

Dikisahkan tentang seorang yang menangis terisak kemudian tersungkur tak sadarkan diri. Setelah siuman, dia ditanya: “Ada apa dengan dirimu? Dia menjawab: “Selepas shalat aku berzikir, kemudian aku menghitung-hitung keadaan diriku. Aku mengadili diriku sendiri sebelum datang pengadilan Allah. Bila setiap harinya aku berbuat dosa, apakah karena lalai ibadah atau karena amal-amalku, berarti aku telah menabung 365 dosa setiap tahunnya. Umurku enam puluh tahun dan itu berarti 21.900 dosa yang harus aku pertanggungja wabkan. Padahal, tidak ada satu perbuatan walau sebesar biji zarah sekali pun kecuali akan diperhitungkan Allah SWT di hari kiamat nanti. Lantas betapa aku akan menghadap Tuhanku? Oh, alangkah sedikitnya bekalku untuk menempuh perjalanan yang panjang nanti,” ujarnya.

Orang tersebut menangisi dirinya sendiri, menghitung diri sebelum datang hari perhitungan yang sesungguhnya. Tangisannya adalah penyesalan. Dan setiap orang yang menangis dan menyesali dosanya adalah pintu menuju ke surga. Begitu tingginya nilai tangisan bagi hamba yang merindu sehingga Allah akan membebaskannya dari api neraka. Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidak akan pernah masuk ke dalam neraka seorang yang pernah menangis karena takut kepada Allah.” (HR at-Tirmidzi).

Bagi para perindu surga, lebih baik mereka merintihkan tangisan harapan walau sepi dari hiasan bunga pesta dunia, asalkan dia kelak tersenyum menatap Sang Kekasih di akhir perjalanannya. Kerinduan yang tidak terperi telah memenuhi butiran air mata kaum mukmin. Karena, dalam setiap butiran air matanya, dia menemukan wajah Tuhan yang tersenyum penuh welas asih.

Maka, deraikanlah air mata dalam tangismu yang merindu cinta. Cucurkan air matamu dalam denyut kecemasanmu akan nasib di hari akhir. Sesekali tariklah dirimu dari keramaian dunia untuk bertafakur dan menghitung diri. Engkau tak akan pernah menangkap bayangan wajahmu bila becermin di atas air yang deras dan keruh. Bayanganmu hanya tertangkap di permukaan air yang bening dan mengalir tenang.

Engkau tak akan menemukan wajah Tuhan dalam gelak tawa dan ingar-bingar pesta dunia. Gelak tawa demikian hanya akan menumpulkan ketajaman nuranimu. Ingar-bingar duniamu telah membuat kusam dan kotor kaca-kaca kalbumu. Sinarnya tertahan oleh daun-daun ambisi hawa nafsumu. Apalah artinya gelak tawa bila diakhiri dengan derai air mata dan tangisan penyesalan di hari kemudian?

Berbahagialah orang-orang yang pernah menangis dalam penyesalannya. Berbahagialah orang yang meneteskan air mata karena mewaspadai dirinya di hadapan Allah kelak. Berbahagialah orang yang menangis sebelum datang saatnya dia akan ditangisi. Berbahagialah para pemimpin yang terisak merintih getir memikirkan duka derita nasib rakyatnya. Menangislah sebelum datang suatu masa di mana malaikat pemutus segala kelezatan akan datang menghentikan segala desah napas dan membuyarkan segala impian. Wallahu a'lam.

www.republika.co.id 

Sabtu, 05 November 2011

Biarkan Hati Menjawabnya

Seorang bertanya kepada gurunya yang mulia, “Kebanyakan orang mengatakan bahwa saya ini orang yang baik, maka bagaimana saya bisa tahu bahwa saya benar-benar orang baik?” Sang guru pun berkata: “Nampakkanlah sikap dan perilaku yang selama ini kamu sembunyikan di hadapan orang-orang baik. Jika mereka merasa senang, maka itu pertanda bahwa engkau adalah orang baik. Sebaliknya jika mereka merasa tidak senang, maka itu adalah pertanda bahwa engkau bukan orang baik.”

Rasulullah SAW telah menjelaskan kepada para sahabatnya bahwa, “Kebajikan itu adalah baiknya budi pekerti dan dosa itu apa-apa yang meragu-ragukan dalam jiwamu dan engkau tidak suka dilihat orang lain dalam melakukan hal itu”. Bahkan dalam hadits lain disebutkan bahwa sesungguhnya dari apa yang telah didapat oleh manusia dari kata-kata kenabian yang pertama adalah, “Jika engkau tidak malu, berbuatlah sekehendakmu.”

Ketika sahabat lain bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ‘kebaikan', beliau pun bersabda, “Mintalah fatwa dari hatimu”. “Kebaikan itu adalah apa-apa yang tentram jiwa padanya dan tentram pula hati padanya. Dan dosa itu adalah adalah apa-apa yang syak dalam jiwa dan ragu-ragu dalam hati, walaupun orang-orang memberikan fatwa padamu dan mereka membenarkannya”.

Sesungguhnya Allah SWT telah memberikan ilham berupa potensi di dalam jiwa manusia serta hidayah untuk dapat membedakan dan memilih jalan keburukan (kefasikan) dan kebaikan (ketakwaan) sebagai wujud dari kesempurnaan ciptaan-Nya. “Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah mengilhamkan ke dalam jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan” (QS 91:7-8). “Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan (kebajikan dan kejahatan)” (QS 90: 10).

Dan Allah SWT telah berfirman pula di dalam Alquran mulia, “Hanya pada Tuhanmu sajalah hari itu tempat kembali. Pada hari itu akan diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya, dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri. Meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya” (QS 75: 12-15).

Tujuan utama dari ibadah puasa, sebagaimana digariskan oleh Allah SWT (QS 2: 183), adalah agar kita bertakwa atau bertambah takwa. Selain penghapusan kesalahan dan pengampunan dosa, takwa membuahkan furqan.

Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu furqan dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar” (QS Al-Anfal(8): 29).

Dalam bahasa lugas furqan berarti kriteria, pembeda antara kebenaran dan kebatilan. Menurut ulama tafsir, di dalamnya terkandung makna ketegaran jiwa (tsabatul qulub), kejernihan mata hati (quwwatul-bashaair), dan petunjuk terbaik (husnul hidayah).

Ibadah puasa melatih manusia untuk bersikap tegar dalam menyikapi dan menghadapi berbagai kenyataan, permasalahan, kesulitan dan tekanan hidup. Puasa melatih manusia untuk berani berkata tidak untuk semua hal yang tidak disukai Allah SWT, apalagi yang dilarangnya. Selain melatih ketajaman “mata” (sight) untuk menangkap berbagai fakta puasa juga melatih kejernihan “mata hati dan pikiran” (insight) membaca apa yang ada di balik fakta. Dalam insight terkandung kemampuan untuk secara jernih dan intuitif melihat keadaan dari suatu situasi yang kompleks (perspectiveness) serta kemampuan untuk memahami dan menemukan solusi secara mandiri (self-awareness). Puasa membebaskan manusia dari "bussines as usual" sehingga dapat lebih peka menangkap sinyal-sinyal Ilahi.

Puasa dengan tujuan takwa mengasah ketajaman mata, hati, pikiran dan kesadaran kita untuk membedakan kebenaran dan kebatilan. Dengan furqan (kriteria), kita dapat mengambil keputusan dan tindakan terbaik dengan tegar sesuai kriteria dan petunjuk Allah SWT. Kepada Allah SWT kita berlindung dari hati yang menutup diri terhadap pancaran cahaya Ilahi. Kepada Zat Yang Maha Kuasa Membolak-balikkan hati, kita memohon agar dapat melihat kebenaran sebagai kebenaran, melihat kebatilan sebagai kebatilan, di manapun, sampai kapanpun.

Wallahu 'a'lam
http://www.republika.co.id

Buah Kesombongan

Alquran banyak memaparkan kisah pemimpin dan bangsa-bangsa besar serta kuat yang kemudian dihancurleburkan. Seperti kisah Firaun, Qarun, kaum 'Ad, Tsamud, serta umat Nabi Nuh. Mereka semua adalah manusia yang menyombongkan diri kepada Allah dan rasul-rasul-Nya.

Manusia, apa pun status dan jabatannya, tidak memiliki ruang sedikit pun untuk menjadi sombong. Karena secara hakiki, manusia adalah makhluk Allah yang diciptakan dari bahan yang hina (sperma). Ia diciptakan untuk beribadah kepada Allah SWT semata, menjauhi segala larangan-Nya dan menjalankan segala perintah-Nya.

Kemampuan dan kelebihan yang ada pada setiap manusia atau suatu bangsa, tidak lebih dari anugerah Allah yang diamanahkan untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Bukan untuk dibangga-banggakan, kemudian menganggap rendah yang lain serta dengan sesuka hati berbuat kerusakan di muka bumi. Sebagaimana Firaun telah berbuat brutal terhadap rakyatnya.

"Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu (Musa) dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anak-anakmu yang perempuan... (QS [2]: 49).

Atas perbuatan Firaun yang biadab itulah, Allah kemudian mengutus Musa sebagai pemberi peringatan. Tetapi karena kesombongannya, Allah mengutuk Firaun dan menenggelamkannya bersama seluruh tentaranya. Firaun menolak seruan Nabi Musa karena gengsi sebagai raja, sementara Musa hanya rakyat biasa.

Allah sangat murka kepada manusia yang memiliki sifat sombong. Siapa pun dia, raja ataupun rakyat biasa. Kesombongan yang dilakukannya, akan memperberat timbangan dosa-dosanya. "Kami telah membinasakan mereka karena sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang berdosa." (QS [44]: 37).

Dalam hubungan antarsesama manusia, kesombongan juga sering terjadi bahkan setiap hari. Kesombongan seperti ini jika terus dipertahankan akan melahirkan sikap angkuh. Keduanya adalah sifat yang sangat berbahaya dan membinasakan.

Luqman al-Hakim memberi nasihat kepada anak-anaknya. "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS [31]: 18).

Ancaman bagi mereka yang sombong tidaklah main-main. Allah SWT akan memasukkan mereka ke dalam Neraka Jahannam selama-lamanya. "Masuklah kamu ke pintu-pintu Neraka Jahanam, sedangkan kamu kekal di dalamnya. Maka, itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang sombong." (QS [40]: 76).

Manusia tidak boleh memelihara kesombongan dalam dirinya. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah berfirman, "Kebesaran (kesombongan atau kecongkakan) adalah pakaian-Ku dan keagungan adalah sarung-Ku. Barang siapa merampas salah satu (dari keduanya), Aku lempar dia ke neraka (jahanam). (HR Abu Dawud). Wallahu a'lam.

Oleh Dr Abdul Mannan
www.republika.co.id 

Menahan Marah

Khalifah Umar bin Abdul Aziz melihat seseorang yang mabuk. Ketika ia ditangkap untuk dihukum dera, tiba-tiba ia dimaki oleh orang yang mabuk tersebut. Khalifah Umar tidak jadi melaksanakan hukum deranya.

Melihat Khalifah Umar seperti itu, para sahabat bertanya, "Ya amirul mukminin, mengapa setelah ia memaki Anda tiba-tiba Anda meninggalkan dia?" Khalifah menjawab, "Itu karena ia membuat aku jengkel. Kalau aku menghukumnya, mungkin karena aku marah kepadanya, bukan karena ia melanggar hukum Allah, dan aku tidak suka memukul seseorang hanya karena membela diriku sendiri."

Sangat tipis dan susah untuk membedakan antara menghukum karena Allah SWT dan menghukum karena amarah. Karena bagaimanapun, ketika kita menghukum, amarah akan menyertai bentuk hukuman yang kita berikan. Tidak seperti yang menimpa Khalifah Umar yang tidak bisa meneruskan eksekusi, karena takut berbuat salah dengan tidak tulus menghukum orang yang berbuat salah.

Hal yang sama juga pernah dialami Sayyidina Ali r.a. yang tidak jadi membunuh ketika sedang berada di medan perang lantaran ia telah diludahi oleh musuh yang sudah tak berdaya. Ali r.a. khawatir kalau membunuh musuhnya tersebut, bukan semata-mata karena menegakkan agama Allah, melainkan akibat dorongan nafsu dan emosi.

Dalam kehidupan sehari-hari, begitu banyak kita temukan perselisihan di antara manusia. Bahkan, hampir semua manusia akan mudah terpancing emosinya, hingga kemudian meledaklah kemarahannya. 

Mengendalikan amarah memang tidak mudah. Dan, hanya orang-orang tertentu yang bisa menahan dan mengendalikan kemarahannya. Amarah ada di dalam diri manusia. Amarah adalah motivasi atau energi yang mendorong dan menggerakkan seseorang untuk berbuat. Alangkah baiknya bila amarah itu diarahkan untuk menopang kinerja dan kreativitas hidup, sehingga menjadi lebih dinamis.

Banyak kerugian yang akan didapatkan ketika seseorang sedang emosi dan tak mampu mengendalikan amarahnya. Pekerjaan bisa menjadi terbengkalai dan rekan sejawat pun bisa kena marah pula. Akibatnya, persoalan kecil bisa menjadi besar.

"Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap, "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (QS al-Anbiya [21]: 87).

Rasulullah SAW bersabda, Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, "Ada seseorang bertanya kepada Rasulullah SAW; 'Nasihatilah saya!' Rasulullah SAW bersabda, 'Janganlah kamu marah!' Orang itu berkali-kali meminta nasihat kepada Rasulullah SAW, tetapi Rasul tetap menjawabnya dengan, 'Janganlah kamu marah'." (HR Bukhari).

Dari hadis di atas, tampak jelas bahwa Rasulullah SAW memerintahkan manusia untuk senantiasa menahan marahnya ketika ada sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya. Sebab, akan banyak kerugian yang akan diterima, manakala kita tidak mampu menahan amarah.

www.republika.co.id 

Anger Management ala Rasulullah SAW

Siapakah orang yang paling kuat itu? siapakah para pemenang itu? Nabi Muhammad SAW mempunyai versi sendiri tentang hal ini. Dalam sebuah hadis diriwayatkan ”Orang yang yang paling kuat bukanlah orang yang dapat mengalahkan orang lain dengan kekuatannya, tetapi orang yang mampu mengendalikan amarahnya.” (HR Bukhari)

Apabila seseorang mampu mengendalikan kemarahan, maka bisa dipastikan orang tersebut sangat istimewa. Pernahkah kita mendengar kisah Nabi Muhammad yang murka akibat dilecehkan? Bahkan ketika dengan rutin beliau dilempari kotoran oleh seorang Yahudi, dan kemudian si Yahudi lama menghilang karena sakit, Nabiullah pergi menjenguknya tanpa amarah sedikitpun di dalam dada.

Pun ketika beliau sedang shalat dan diserang oleh seseorang yang membencinya, beliau memilih untuk meneruskan shalat dan bukan menyerang balik. Kontrol emosi manalagi yang lebih sempurna dari itu semua?

Seorang laki-laki pernah menghadap Nabi Muhammad dan meminta nasihat. Ia berkata, ”Nasihati aku.” Nabi SAW bersabda, ”Jangan mudah marah.” Orang itu berkata lagi beberapa kali dan Nabi bersabda, ”Jangan mudah marah.”

Mengapa Nabi Muhammad Saw meyarankan hal ini? Tentu bukan tanpa alasan. Dari sisi medis ternyata orang yang mudah marah gampang terkena penyakit. Di dalam darah orang marah terkandung banyak hormon adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya adalah denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah meninggi, keadaan ini yang mengakibatkan penyakit mudah datang.

Subhanallah. ”Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (Al-Anbiya’:107)

Namun amarah adalah sangat manusiawi. Apabila amarah telah datang menghampiri, maka Islam menawarkan cara-cara menghadapinya:

Membaca Ta'awwudz
Rasulullah bersabda "Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan hilang kemarahan seseorang, yaitu "A'uudzu billah mina-syaithaani-r-rajiim" "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk" (H.R. Bukhari Muslim).

Berwudlu
Rasulullah bersabda "Kemarahan itu itu dari setan, sedangkan syetan tercipta dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah" (H.R. Abud Dawud). 

Duduk
Dalam sebuah hadis dikatakan"Kalau kalian marah maka duduklah, kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah" (HR Abu Dawud).

Diam
Dalam sebuah hadis dikatakan, "Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah" (HR Ahmad).

Bersujud
Artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadis dikatakan "Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud)." (HR Tirmidzi)

Dengan meneladani Rasulullah SAW, semoga kita diberi kekuatan untuk bisa mengelola energi negatif ini. Wallahualam

Oleh: Dwindria Dini
*) Penulis adalah sahabat Republika Online, Tinggal di Balikpapan
www.republika.co.id

Catatan:
Orang yang marahnya tak terkendali berpeluang menderita stroke, hipertensi dua kali lebih besar, sedangkan keseringan menahan amarah pun tidak dianjurkan, karena justru berisiko terserang penyakit kejiwaan, rusaknya fungsi organ, menurunnya imunitas, ketegangan otot dan kekacauan metabolisme 
(Dr. Ernest H, Univ Michigan US)

Kamis, 03 November 2011

Renungan Ujian Hidup

Kita sebagai manusia yang telah menyatakan iman kepada Dzat yang Maha Perkasa Allah SWT, maka bersiaplah untuk mendapatkan ujian hidup yang akan diberikan oleh-Nya. Berat ataupun ringan ujian itu tergantung seberapa kuatkah iman kita. Karena Allah rabbul izzati hanya akan menguji hamba-Nya sesuai dengan kemampuannya.

Jangan berputus asa dari rahmat Allah jika merasa tidak kuat menerima ujian dari Dzat Maha Pengasih, karena tidak akan mendapatkan rahmat-Nya bagi siapa saja yang berputus asa. Seberapapun berat ujian yang sedang menimpa, jadikan sholat, sabar dan ikhlas sebagai penolong dan jalan menuju kesuksesan. Tunggulah tiba saatnya mendapat kemenangan besar sukses tanpa batas di dunia dan akhirat, karena Allah berjanji dalam untain firman-Nya: ”Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka” (At-Taubah:111).

Subhanallah... mari kita berbenah dan terus berbenah untuk mempersembahkan yang terbaik dalam masa hidup kita dengan torehan kemuliaan dan semangat pantang menyerah. Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun selama Allah SWT menjadi ”JUST THE ONE GOAL”, insya Allah akan bahagia sebagaimana doa yang sering terlantun untukkebahagiaan dunia dan akhirat.

Berikut ini clips kiriman dari seorang sahabat... semoga kita semakin semangat dalam menjalani setiap episode kehidupan yang dipersembahkan-Nya dengan segala cinta...

Khusyu' = Ucapan/Gerakan + Pikiran + Perasaan = Quantum

Saya ingin mendefinisikan khusyu’ dari prespektif yang lain. Khusyu’ adalah sinkronnya ucapan/gerakan dengan pikiran dan perasaan. Ketika ketiganya bersatu, dan terfokus padahal yang sama, maka itulah puncak kekhusyu’an. Dan pada saat ini, do’a atau ibadah kita memasuki “dimensi quantum” (Dimensi Keimanan), yang akan diistijabah oleh Allah SWT. Ujiibu da’watad daa’i idzaa da’aan. “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku”.

Orang yang sama sekali tidak khusyu’, ucapan dan gerakannya (fisik) tidak diikuti oleh pikiran dan perasaannya. Bibir lidahnya berdo’a dan tubuhnya ruku’ namun pikirannya entah kemana, perasaannya tidak sinkron dengan ucapannya.

Dalam tingkatan yang lebih tinggi, ucapan dan gerakannya sudah disertai dengan memahami artinya (pikiran) namun belum diikuti perasaannya. Orang yang memahami bahasa Arab, ia akan memahami apa yang ia ucapkan, namun belum tentu merasakan apa yang ia baca. Ia paham makna ayat tentang adzab neraka, namun belum tentu muncul perasaan takut dalam hatinya.

Ada juga orang yang lisan dan gerakannya sudah diikuti oleh perasaannya walaupun tidak memahami artinya. Misalnya, orang Indonesia, yang tidak bisa bahasa Arab, namun ia bisa ikut menangis ketika shalat di Masjidil Haram di tengah lautan manusia yang menangis, walaupun mungkin ia tidak memahami arti bacaan yang dilantunkan oleh imam.

Tingkatan khusyu’ tertinggi adalah ketika ucapan/gerakannya diikuti oleh pikiran dan disertai oleh perasaannya. Ketika ketiga hal ini sinkron, sungguh akan dahsyat dan memberikan kekuatan spiritual yang berlipat. Ia mampu memasuki dimensi quantum (keimanan) yang tidak terbatas.

Lantas, Bagaimana menghadirkan kekhusyu’an dalam shalat? Untuk bisa menyatukan ucapan/perbuatan dengan pikiran dan perasaan, Anda membutuhkan latihan dan pembiasaan yang berkelanjutan. Anda harus berusaha pantang menyerah untuk memperoleh kenikmatan luar biasa ini. Wa innaha lakabiirotun illa ‘alal khosy’iin.Dan sesungguhnya hal itu amat berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'.

Hal ini diawali dengan mempu mengucapkan bacaan-bacaan shalat dan melakukan gerakan-gerakan shalat dengan benar. Untuk itu, Anda harus memahami fiqih shalat dengan baik.

Selanjutnya, untuk menyelaraskan ucapan/gerakan dengan pikiran, maka Anda harus memahami arti bacaan-bacaan shalat yang dibaca. Tidak sulit melakukannya, karena bacaan shalat tidak terlalu banyak dan diulang-ulang. Sungguh sangat na’if, sudah bertahun-tahun shalat namun tidak memahami apa arti bacaan shalat yang ia baca. Jika Anda belum memahami arti dalam seluruh bacaan-bacaan shalat, STOP! Sekarang ambil Buku Panduan Shalat dan pahami serta hapalkan dulu artinya.

Yang lebih sulit adalah dalam menyelaraskan gerakan, fikiran dengan PERASAAN. Perasaan dapat dirasakan di dada. Rasa yang muncul harus sesuai dengan apa yang dibaca maupun gerakan shalat yang tengah dilakukan. Jika sudah bisa, tinggal memperkuat intensitasnya.

Pahamilah hakikat posisi-posisi shalat, dan sesuaikan perasaan dengan hakikat posisi-posisi shalat tersebut :

NIYAT. Kalau boleh saya menambahkan kalimat niyat, akan saya tambahkan “Saya berniyat shalat …… dengan khusyu’”, karena demikian pentingnya KHUSYU' dalam shalat. Niyatkan dan azamkan bahwa kita akan shalat dengan khusyu’. Kemudian, jaga dalam setiap rakaat agar selalu khusyu’ dan waspadalah terhadap bisikan syaithon terkutuk yang selalu ingin memalingkan kita dari khusyu’. Niyatkan bahwa kita mencadangkan, misalnya 30 menit kedepan, untuk menghadap Allah, dan tidak mau diganggu dengan urusan-urusan keduniaan apapun.

TAKBIRATUL IHRAM Mengucapkan Allahu Akbar berarti mengagungkan Allah, hanya Allah yang besar dan yang lainnya kecil. Kecilkanlah semua urusan dunia yang kerap mengganggu shalat. Biarkan pikiran dan perasaan kita dipenuhi oleh ingat kepada Allah, dan jangan biarkan ada hal yang lain.

Berikut ini adalah perasaan yang harus muncul dan dikondisikan pada setiap gerakan-gerakan shalat. Lebih baik jika perasaan kita sudah mulai disiapkan dan dikondisikan sebelum gerakan dimulai. Sehingga ketika melakukan gerakan shalat, sudah diikuti dengan segenap perasaan. Misalnya, nikmatilah dengan perlahan saat-saat penuh nikmat ketika kita menjatuhkan tubuh saat akan sujud. Lakukanlah semua dengan thu’maninah.

BERDIRI (Reorientasi, siap menerima arahan)
Posisi berdiri adalah posisi menghadap Allah SWT, posisi siap mendapatkan arahan, pengajaran dari Al-Quran. Seperti seorang prajurit yang siap mendapatkan perintah dan arahan dari komandannya. Sebelumnya kita lebih dahulu diluruskan orientasi hidup kita dengan do’a iftitah “Innas-shallatii wanusuki wa mahyaaya wa mamaati liLlahi Rabbil-’alamin" (Sesungguhnya sholatku ibadahku hidup dan matiku hanya untuk Allah Tuhan semesta alam) dan Surah Al-Fatihah "IyyaKa na’budu wa iyyaKa nasta’ien" (hanya kepada-Mu aku mengabdi dan hanya kepada-Mu aku meminta pertolongan).

TAKBIR
Setiap gerakan diselingi dengan takbir. Takbir menjaga kita agar tetap khusyu’ dan membuang hal-hal yang mendominasi pikiran dan perasaan kita sewaktu shalat. Takbir menyadarkan bahwa semua pikiran yang hadir mengganggu adalah hal dunia yang “remeh temeh” yang tidak ada artinya, dan harus kita buang dan usir dan biarkan hanya Allah yang mendominasi pikiran dan perasaan kita, Allahu Akbar…

RUKU’ (Tunduk, ta’at, merendahkan diri)
Posisi ruku’ adalah posisi tunduk, siap ta’at, merendahkan diri, siap diatur. Setelah menerima pengarahan sebelumnya, maka dalam posisi ruku’ ini rasakan ketundukan dan keta’atan kita. Kita sebagai manusia yang jahil dan faqir tidak ada apa-apanya dihadapan Allah. Buanglah semua kesombongan diri, kesombongan pikiran dan kesombongan intelektual. Subhana Rabbiyal-’Azhiem…. (Maha Suci Allah yang Maha Agung).

I’TIDAL (memuji)
I’tidal atau bangkit dari ruku’. Setelah menyerahkan ketundukan dan kepatuhan, serta membuang semua kesombongan, dan menyerahkan semua pujian hanya Allah yang berhak menerimanya, Rabbanaa wa Lakal-hamd… (Ya Tuhan kami hanya untuk-Mu lah segala pujian).

SUJUD (menghamba, penyerahan diri)
Posisi sujud adalah posisi paling dekat seorang hamba dengan Sang Khaliq. Inilah posisi puncak penghambaan, posisi penyerahan diri. Ketahuilah, kedudukan paling mulia di dunia ini adalah menjadi hamba Sang Pencipta. Kepala kita letakkan di posisi paling rendah bahkan lebih rendah dari bokong kita. Rasulullah menasehati shahabat yang ingin masuk surga dengan: “Perbanyaklah sujud”. Posisi ini menisbikan diri dihadapan Pencipta. Posisi sujud merupakan posisi berserah diri, menyerahkan pengaturan kepada Allah, karena kita yakin jika kita menyerahkan pengaturan kepada Allah maka Allah SWT akan memberikan pengaturan terbaik kepada kita.Subhana Rabbiyal-A’laa(Maha Suci Allah yang Maha Tinggi). Ya ALlah, jadikan aku sbg pion-Mu, sbg anak panah-Mu, sbg prajurit-Mu, sbg hamba-Mu

DUDUK (bersimpuh mengadukan masalah)
Ini adalah posisi seorang hamba duduk bersimpuh dihadapan Raja-nya. Mengadukan semua masalah dan kesulitan hidup. Adukan seluruh masalah Anda dengan sepenuh perasaan, sepenuh jiwa, hingga air mata mengalir tidak terbendung. Anda bisa ulangi berkali-kali aduan Anda. Bisa jadi, saat tertentu kita lebih fokus padawarzuqnii(karuniakanlah aku rizqi) dan bisa jadi pada saat yang lain kita lebih fokus padawa’aafinii(sehatkanlah aku). Rasakan sensasinya. Inilah ekstasi jiwa yang sungguh merupakan puncak kenikmatan.

ATTAHIYAT
Inilah saat mengakui bahwa seluruh kehormatan, keberkatan adalah milik Allah. Dan Allah memberikan keselamatan, rahmat dan keberkahan kepada Nabi mulia SAW, namun Nabi kita ini mengingingkan keselamatan, rahmat dan keberkahan ini diberikan kepada kita ummatnya. Rasakan cinta dan kasih sang Nabi kepada kita.

Perbaharui syahadat kita ketika mengucap Dua Kalimat Syahadat, bahwa hanya ada Allah satu-satunya Tuhan yang mendominasi pikiran, perasaan dan hidup kita. Munculkan rasa cinta dan rindu kepada Rasulullah SAW ketika membca shalawat kepadanya. Perkuat rasa cinta itu, karena engkau akan dikumpulkan dengan orang-orang yang engkau cintai.

SALAM
Ucapkan salam dengan senyum penuh cinta kepada orang-orang di sekeliling, dan kepada para malaikat di sekeliling kita, insya Allah para malaikat pun menjawab salam kita.

EVALUASI
Evaluasilah shalat kita setiap habis melaksanakan shalat. Beri nilai, berapa % (range 0 – 100) kita bisa khusyu’. Bersyukurlah kepada Allah jika nilai khusyu’ kita bagus dan beristighfarlah kalau masih kurang bagus. Dan tekadkan untuk senantiasa lebih khusyu’ lagi pada shalat yang akan datang. Wallahu a’lam.

agungy.blogspot.com

Rabu, 02 November 2011

Berserah Diri Pada Rancangan Allah

Sesungguhnya kau tidak mengetahui akhir dan akibat dari setiap urusan. Mungkin kau bisa mengatur dan merancang sebuah urusan yang baik menurutmu. Tetapi ternyata urusan itu berakibat buruk bagimu. Mungkin saja ada keuntungan di balik kesulitan dan sebaliknya, banyak kesulitan di balik keuntungan. Bisa bahaya datang dari kemudahan dan kemudahan datang dari bahaya.

Mungkin saja anugerah tersimpan dalam ujian dan cobaan tersembunyi di balik anugerah. Dan bisa jadi kau mendapatkan manfaat lewat tangan musuh dan binasa lewat orang yang kau cintai. Orang yang berakal tidak akan ikut mengatur bersama Allah karena ia tidak mengetahui mana yang berguna dan mana yang berhahaya bagi dirinya.

Syekh Abu al-Hasan rahimahullah berkata, "Ya Allah, aku tidak berdaya menolak bahaya dari diri kami meskipun datang dari arah yang kami ketahui dan dengan cara yang kami ketahui. Lalu, bagaimana kami mampu menolak bahaya yang datang dari arah dan cara yang tidak kami ketahui?!"

Cukuplah untukmu firman Allah, "Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal ia baik untuk kalian. Bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal ia buruk untuk kalian. Allah mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui.

Sering kali kau menginginkan sesuatu, namun Dia memalingkannya darimu. Akibatnya, kau merasa sedih dan terus menginginkannya. Namun, ketika akhir dan akibat dari apa yang kauhasratkan itu tersingkap, barulah kau menyadari bahwa Allah SWT melihatmu dengan pandangan yang baik dari arah yang tidak kauketahui dan memilihkan untukmu dari arah yang tidak kauketahui. Sungguh buruk seorang hamba yang tidak paham dan tidak pasrah kepada-Nya.

Diceritakan bahwa ada seorang arif, yang ketika ditimpa musibah, berkata, "Tak apa-apa, itu baik." Pada suatu malam, seekor srigala datang dan memakan ayamnya. Ketika diberitahu, la menjawab, "Tidak apa-apa." Di malam berikutnya anjingnya mati. Saat diberi tahu ia menjawab, "Semuanya baik-baik saja." Lalu esok harinya keledainya juga mati. la tetap berkata, "Tak apa." Keluarganya tidak menyukai jawaban itu.

Namun, pada malam berikutnya, sekelompok orang menyerang desa itu dan membunuh semua penduduknya. Tidak ada yang selamat kecuali si arif dan keluarganya. Ternyata, gerombolan itu mendatangi penduduk mengikuti suara ayam, gonggongan anjing, dan bunyi keledai. Sementara, si arif itu tak lagi memilikinya. Kematian hewan-hewan itu menjadi sebab keselamatannya. Mahasuci Allah Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.

Seorang hamba menyadari baiknya pengaturan Allah setelah suatu peristiwa berlalu. Itulah sifat manusia kebanyakan. Berbeda dengan kalangan khusus yang memahami Allah dan mengetahui baiknya pengaturan Allah sebelum peristiwa itu berlalu. Kalangan khusus ini pun terbagi ke dalam beberapa tingkatan:

Ada orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt sehingga mereka berserah diri kepada-Nya karena Dia telah banyak memberikan anugerah dan karunia.

Ada yang berbaik sangka kepada Allah Swt karena mengetahui bahwa merisaukan nasib dan ikut mengatur tidak akan mampu menolak ketentuan yang telah ditetapkan atas dirinya dan tidak akan mendatangkan apa yang bukan bagiannya.

Ada pula orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt karena memahami hadis qudsi, "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku."

la terus berbaik sangka kepada Allah Swt seraya bekerja dan berusaha dengan harapan Allah akan memperlakukannya sesuai dengan prasangkanya yang baik. Dan, Allah berbuat kepadanya sesuai dengan prasangkanya. Allah telah memudahkan karunia bagi orang beriman sesuai dengan prasangka mereka. Dia berfirman, "Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesulitan."

Tingkatan paling tinggi adalah orang yang menyerah dan pasrah kepada Allah Swt karena menyadari bahwa sikap itulah yang layak ia jalani, bukan karena mengharapkan kebaikan bagi dirinya. (Dikutip dari al-Tanwir fi isqath al-tadbir, karya Ibn ‘Athaillah al-Sakandari).

agungy.blogspot.com

Menyerahkan Pengaturan pada Allah

Maqam tertinggi dari seorang Salik (Penempuh Jalan Ruhani) adalah ketika secara bulat menyerahkan seluruh urusan hidupnya pada Allah. Siapapun yg menyerahkan pengaturan dirinya kepada Allah, maka Allah SWT akan memberikan pengaturan terbaik untuknya (al-Tanwir fi isqath al-Tadbir karangan Ibn AthaiLlah).

Bentuk berserah diri kepada Allah persis seperti awal shalat. Takbir berarti mengakui bahwa hanya Allah yang Maha Besar. Laa Quwwata illa biLlahi. Do'a iftitah mengajarkan untuk menyerahkan seluruh diri kita, fisik, perasaan dan pikiran, kepada Pencipta langit dan bumi, dan agar kita termasuk dalam orang yang lurus dan berserah diri (haniifan musliman) dan bukan termasuk orang yang musyrik. Selanjutnya menandaskan bahwa seluruh shalat, ibadah, hidup dan mati hanya untuk Allah Rabb semesta alam, dan kita tidak pantas mensekutukan dengan sesuatupun, dan demikianlah kita diperintahkan dan semoga kita termasuk orang yang berserah diri.

Sadari sikap ini dengan sepenuh pikiran dan perasaan, siap diatur oleh Allah SWT. Hanya Allah tempat bergantung sedangkan diri kita tidak ada apa-apanya. Ketika kita menggantungkan hanya kepada Allah (1) dan kita menisbikan diri (0) maka kita jumpai 1 dibagi 0 adalah tidak berhingga.

Seorang ustad ditanya oleh jama'ah pengajian ibu-ibu, "apa hukumnya melahirkan dibantu dokter pria sedangkan ada dokter wanita?". Sang ustad mengatakan, "Bayi gajah jauh lebih besar dari bayi manusia, dan lubang keluar bayi gajah tidak lebih besar dari lubang keluar bayi manusia, tetapi tidak ada bayi gajah dilahirkan Cesar. Sedangkan manusia sekarang lebih 50% melahirkan bayinya dengan cesar".

Ketika manusia bergantung dan mengandalkan kepada selain Allah, maka Allah akan menyerahkan urusan dan hasilnya pada apa yang ia gantungi. Selanjutnya hidupnya hanya akan mengikuti kaedah sebab-akibat belaka, yang lemah tidak memiliki kekuatan apa-apa.

Sebaliknya, dengan mengandalkan pertolongan Allah berarti kita mengandalkan kekuatan yang tak berhingga sebagaimana nabi Musa menyeberangi laut Merah, nabi Ibrahim tidak terbakar api, umat Islam mampu memimpin peradaban dunia selama 700 tahun, dan Rasulullah SAW dari seorang diri hingga kini lebih dari 1,5 miliar manusia beriman kepada Allah SWT.

Bagaimana prakteknya? Menyerahkan pengaturan pada Allah berarti menempuh jalan Allah. Jalan lurus, jalan yang Allah berikan ni'mat, jalan para nabi, shiddiqiin, jalan para syuhada dan orang-oang shalih. Siapa yang menempuh jalan ini akan mendapatkan kebahagiaan dan keni'matan haqiqi, menjumpai surga dunia sebelum pada akhirnya memasuki surga akhirat yang abadi.

Menyerahkan pengaturan kepada Allah berarti tidak akan mengambil jalan yang tidak diridhoi Allah, memaksakan segala cara untuk memuaskan nafsunya semata.

Menyerahkan pengaturan pada Allah berarti melakukan ikhtiar secara maksimal. Ia menyadari bahwa, setelah menyerahkan pilihan hidup dan pengaturan urusannya kepada Allah, kewajibannya hanyalah menjalankannya dengan sepenuh tenaga, segenap fikiran dan kesungguhan. Barulah ia boleh tawakal dengan ikhlash dan penuh ridho, mengembalikan hasilnya kepada Allah. Dan selanjutnya kembali siap mendapatkan arahan untuk pengaturan selanjutnya.

Menyerahkan pengaturan kepada Allah bukanlah menjadi berkinerja rendah. Sebagaimana, salah satu definisi zuhud, sebagai salah satu sifat utama seorang salik, adalah "hariitsun 'ala maa yanfa'uh" atau getol bersungguh-sungguh pada hal yang bermanfa'at. Hal ini menjelaskan bahwa, orang yang bekerja dengan motivasi keimanan seharusnya melahirkan kinerja yang jauh melampaui orang yang bekerja dengan motivasi keduniaan.

Serahkan pengaturan pada Allah dan bersiaplah memasuki Dimensi Quantum (Dimensi Keimanan) yang luar biasa. Bersiaplah menyaksikan kuasa Allah wujud dalam keseharian kita. Bersiaplah menempuh jalan spiritual yang berisi keni'matan haqiqi.

agungy.blogspot.com

Rahasia Menikmati Qiyamul Lail Hingga Batu dan Permata Terlihat Sama

Seorang tabi'in berkata, "Sungguh jika tiada sepertiga malam terakhir, aku tidak betah hidup di dunia ini". Mereka benar-benar mereguk kenikmatan tiada tara saat berkhalwat dengan Tuhannya. Namun mengapa kita belum bisa merasakannya?

Berbagai keutamaan qiyamul-lail sudah kita baca atau kita dengar dari para ulama. Kitapun sudah beberapa kali mencoba melaksanakannya, dengan mujahadah (kesungguhan) melawan kantuk dan dinginnya malam. Namun, berkali-kali juga kita mengalami futur (lalai), tidak dapat lagi melaksanakan qiyamul-lail.

Ma'lumat dan pemahaman perihal keutamaan Qiyamul-Lail sudah sama-sama mafhum. Jika belum silahkan googling saja dengan keyword "qiyamul lail", atau mampir toko buku maka akan kita jumpai puluhan buku tentang keutamaan qiyamul-lail. Namun mengapa demikian berat untuk taf'il (melaksanakan) Qiyamul Lail tersebut?

Menurut saya, sebabnya adalah karena kita belum dapat menikmatinya. Sehingga pikiran bawah sadar kita masih merasakan bahwa qiyamul-lail itu beban yang berat.

Waktu sepertiga malam, saat dimana bumi mengeluarkan gelombang kekhusyu'an (alfa), sebagaimana firman Allah "Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu') dan bacaan di waktu itu lebih berkesan" (Al-Muzammil 6). Seharusnya, saat-saat inilah zikir dan bacaan Al-Quran kita lebih berkesan, hati lebih mudah bergetar ketika Asma Allah disebut. Jiwa kita lebih bening sebening embun pagi di dedaunan. Air mata lebih mudah meleleh bahkan tertumpah dan tak kuasa kita hentikan. Hati menjadi halus dan lembut, sehingga hijab kita dengan Allah semakin transparan. Pendeknya inilah surga dunia yang telah dinikmati oleh para shahabat, tabi'in dan salafus salih. Maukah kita memperolehnya?

Mengapa kita belum bisa menikmati Qiyamul Lail? Mungkin karena kita kurang "Mujahadah" (memaksakan diri). Ya, betul... Namun bukan itu maksud saya. Bisa jadi pada waktu-waktu yang lalu kita sudah mujahadah, namun lagi-lagi giliran futur itu datang.

Kita sulit qiyamul-lail dan hati kita mati karena kita masih melakukan banyak ma'shiyat dan dosa. Bukankah ma'shiyat dan dosa akan menimbulkan noktah hitam di hati hingga hati kita menjadi kasat dan mati. Do'a yang kita panjatkan tidak diistijabah oleh Allah SWT. Ya, betul sekali, sangat tepat...! Tapi saya ingin berangkat dari prespektif lain.

Prespektif lain itu adalah, kita tidak dapat menikmati qiyamul-lail, dan masih banyak melakukan ma'shiyat adalah karena "kita belum mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT". Hati kita masih diisi oleh selain Allah, masih jauh dari Allah.

Mari pertama-tama kita niatkan dan azamkan diri kita bahwa kita sangat ingin untuk taqarrub mendekatkan diri kepada-Nya.

Dari Abu Hurairah RA disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Allah bersabda, 'Aku menuruti prasangka hamba-Ku kepada-Ku. Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Kalau ia mengingat-Ku dalam hati, Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Kalau ia mengingat-Ku di tengah kerumunan orang, Aku pun akan mengingatnya di tengah kerumunan yang lebih baik daripada mereka. Kalau ia mendekat diri kepada-Ku sejengkal, Aku pun mendekatkan Diri kepadanya sehasta. Kalau ia mendekatkan diri pada-Ku sehasta. Aku pun akan mendekatkan Diri padanya sedepa. Jika ia mendatangi-Ku dengan berjalan, Aku akan mendatanginya dengan berlari kecil".

Waktu-waktu di keseharian kita, masih sunyi dari zikir kepada Allah. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang duduk dalam suatu tempat, lalu disitu ia tak berzikir kepada Allah, maka kelak ia akan mendapat kerugian dan penyesalan" (HR Abu Dawud). Dalam keseharian kita, di ketika mandi, di perjalanan kantor, istirahat, hati dan pikiran kita tidak zikir kepada Allah dan lantas diisi oleh selainnya. Bahkan! bangun tidur kita lupa berdo'a, masuk dan keluar kamar mandi lupa berzikir, selesai makan lupa memuji dan berterima kasih kepada-Nya. Astaghfirullahh... beristighfarlah berulang kali saudaraku. Rasakanlah penyesalan dan biarkan air matamu meleleh...

Mulai detik ini isilah setiap relung hati dan celah pikiran dengan zikir kepada Allah. Di setiap waktu dalam 24 jam hidup kita isilah dengan zikir. Jika kita melakukannya, bahkan dalam tidurpun kita tetap bermimpi berzikir dan bershalawat. Banyak zikir-zikir singkat, seperti dua kalimat yang paling berat di sisi Allah, yaitu, "SubhanaLlahi wabihamdihi... SubhanaLlahil-azhiem...". Atau dengan beristighfar, "Astaghfirullah... astaghfirullah...", bertasbih, "Subahanallahi... subhanallahi". Bahkan cukup dengan menyebut asma Allah, "Allah... Allah... atau Yaa Allah.. Ya Allah". Lakukanlah dimanapun, dan kapanpun, bahkan multitasking sambil melakukan pekerjaan-pekerjaan sehari-hari. Jika ada waktu senggang, zikir yang paling utama adalah Al-Quran. Membaca Al-Quran, mentadabburinya, menghafalnya, mengulang hafalan atau bahkan sekedar mendengarkan kaset murattal AlQuran sambil kita mengendarai kendaraan.

Zikir ini akan mengikis dosa dan kotoran jiwa, seperti mengikis karat hingga kemilau emas muncul kembali. Dengan sendirinya, zikir akan mencegah kita berbuat dosa dan ma'shiyat lagi. Ketika kita akan berbuat sesuatu yang dilarang Allah, hati yang telah dipenuhi Asma Allah akan otomatis menolaknya.

Zikir akan semakin menghaluskan hati kita. Semakin memudahkan kita menangis dalam berbagai kondisi. Semakin memahami hakikat dan semakin ma'rifat kepada Allah. Suatu ketika ada sekelompok shahabat yang telah mengalami kehausan karena kehabisan minuman dalam perjalanan safar berhari-hari. Ketika mereka menemukan sebuah sumber air, segera mereka minum dan membasahi muka sepuas-puasnya. Namun ada seorang shahabat yang justru ketika ia akan mengambil air ia menangis sesenggukan. Shahabat lain pun bertanya, "Mengapa engkau menangis padahal Allah memberikanmu minuman pada saat kehausan?".

Shahabat tersebut berkata, "Ketika aku membaca do'a "Allahumma bariklana fii maa razaqtana waqina adzabannaar", terbayang olehku penduduk neraka yang lebih haus dariku namun diharamkan padanya meminum air sedikitpun. Firman Allah: "Dan penghuni neraka menyeru penghuni surga: "Limpahkanlah kepada kami sedikit air atau makanan yang telah direzekikan Allah kepadamu". Mereka (penghuni surga) menjawab: "Sesungguhnya Allah telah mengharamkan keduanya itu atas orang-orang kafir, (Al-A'raaf: 50). Subhanallah, shahabat tersebut mampu menangkap hakikat kalimat "waqina adzabannar" dalam do'a mau makan dan minum, karena ia selalu berzikir mengingat Allah.

Jika dalam setiap tarikan nafas kita selalu berzikir, dalam setiap langkah kita diikuti dengan zikir, maka akan muncul banyak keajaiban dalam hidup kita. Allah akan mengaruniai limpahan kenikmatan yang menisbikan kenikmatan dunia. Barulah kita bisa memahami kisah dalam hadits berikut :

Diriwayatkan bahwa Haritsah RA berkata kepada Rasulullah SAW, "Pagi ini, saya menjadi mukmin yang sebenarnya". Beliau berkata kepadanya, "Seorang Mukmin yang benar itu memiliki hakikat. Lantas apa hakikat dari keimananmu?" Ia menjawab, "Saya jauhkan diriku dari dunia, hingga di mataku BATU dan PERMATA terlihat sama...."

Subahanallah... batu dan permata terlihat sama. Espass dan Alphard terlihat sama!

Kita lanjutkan haditsnya:

"... Saya seakan-akan melihat singgasana Tuhanku tampak nyata. Saya seakan-akan melihat penduduk surga bersenang-senang di dalam surga dan penduduk neraka disiksa di dalam neraka." Beliau SAW berkata, "Hai Haritsah, kamu telah mengetahuinya. Karena itu, istiqomahlah". Inilah mungkin yang dalam tasawuf disebut "Kasyaf".

Saudaraku, mari hidupkan hati, lembutkan jiwa dengan selalu berzikir kepada Allah SWT. Barulah kita bisa menikmati indahnya dan nikmatnya Qiyamul Lail. Berikutnya kita akan merasakan berbagai kenikmatan spiritual dan ayat-ayat keajaiban Allah dalam hidup kita.

Mari penuhi hidup kita dengan zikir, dan perhatikan apa yang akan terjadi.

trsbc.blogspot.com

Selasa, 01 November 2011

Positif Feeling

Ciptakan Positive Feeling dalam setiap event Anda. Maka rasa Positif akan muncul ketika Anda melakukan event yg sama di masa yad! Inilah Inti Sukses dan Bahagia.

Seorang anak yg merasa senang ketika datang pertama kali ke sekolah. Maka rasa senang akan muncul kembali ketika setiap ia akan ke sekolah.

Sebaliknya jika seorang anak merasa kesal, marah, sebal ketika pertama kali ke sekolah. Maka rasa itu akan muncul kembali setiap ia akan ke sekolah di masa yad.

Maka sertai setiap event Anda dg rasa syukur, ikhlas dan bahagia, maka rasa inipun akan muncul dalam setiap events Anda. Dibuktikan dengan hadirnya senyum, keramahan dan kedermawanan.

http://trsbc.blogspot.com

Zuhud

Zuhud terhadap dunia bukanlah mengharamkan yang halal dan membuang harta. Akan tetapi, zuhud terhadap dunia adalah lebih mengharapkan yang ada disisi Allah daripada yang ada di tangan kita. Jika ditimpa musibah, maka kita lebih berharap untuk mendapat pahala (Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Idris Al-Khaulani RA).

Zuhud adalah amalan hati. Abu Sulaiman Ad-Darany berkata: "Janganlah kamu berkata seseorang itu orang yang zuhud, atau seseorang itu tidak zuhud, karena zuhud itu tempatnya di hati".

Orang yang berpakaian lusuh belum tentu zuhud, karena bisa jadi dia mencuri karena uang Rp 10.000. Di lain pihak, orang yang necis dan bermobil bagus belum tentu tidak zuhud, siapa yang tahu apa isi hatinya?

Namun perlu diingat, bahwa salah satu definisi ZUHUD: hariitsun 'alaa maa yanfa'uh. Getol terhadap apa-apa yang bermanfaat. Jadi ZUHUD bukanlah miskin kinerja.

Orang Zuhud mempu memperoleh dunia, namun ia tinggalkan untuk mengejar akhirat. Beda dengan orang yang terpaksa miskin karena malas. Wallahu a'lam. (Agung Yulianto)

Senin, 31 Oktober 2011

Ketinggalan Pesawat

Abduh (bukan nama sebenarnya) sudah berusaha bangun pagi. Ia dapat check-in on time. Namun entah mengapa, ia tidak mendengar panggilan untuk boarding. Ia baru menyadari setelah 5 menit boarding ditutup. Di sampingnya juga ada seorang ibu yang marah dengan penuh emosi akibat tidak ada toleransi dari petugas. Abduh hanya tersenyum, dan positive thinking bahwa pasti ada hikmah dari semua kejadian ini. Bisa jadi, Allah mempunyai rencana tersendiri dengan keterlambatan ini. Atau mungkin Allah akan memberikan kebaikan, bukankan bersama kesulitan pasti ada kemudahan?

Penerbangan berikutnya menuju Samarinda pukul 11. Sekarang baru pukul 6.30, berarti masih 5,5 jam lagi! Terbayang betapa betenya menunggu. Lima jam lebih waktu kosong, dunia jadi melambat, tidak ada yang harus diburu-buru. Kaki melangkah dengan santai, bahkan jantung berdetak lebih lambat, nafas keluar masuk lebih rileks namun dalam. Abduh mencari posisi yang nyaman, ia ingin menyempurnakan bahan training yang harus disampaikan pada seminar 2 hari Spiritual Entrepreneurship sore nanti.

Sambil menikmati Bakmi Goreng Spesial ia memainkan macbook kesayangannya. Luar biasa! Ia mendapatkan insight, ide-ide brilian. Mungkin karena ia mengedit dalam keadaan santai dan rileks sehingga pikiran bawah sadarnya bisa bekerja dengan baik melahirkan kreativitas yang tidak muncul pada keadaan biasa.

Tidak terasa waktu menunjukkan pukul 9, check-in pasti sudah dibuka. Abduh segera menuju counter check-in. Selesai check-in, Abduh menuju boarding room di zona 3. Dilihatnya arloji di tangannya, "Masih 2 jam lagi". Dilihatnya mushalla apik dan bersih di sudut gedung. Ada 1 orang tengah khusyuk shalat dhuha di dalamnya. Ia teringat, Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan shalat dhuha, "sebaiknya aku dhuha dulu", batin Abduh. Air wudhu yang sejuk membasahi anggota tubuhnya dan terasa melunturkan dosa.

Abduh demikian menikmati shalat dhuha ini. Sungguh 8 rakaat terasa kurang. Tak terasa buliran air mata menetes, mencuci kekotoran hati, melembutkan kekesatan jiwa. Fikiran dan dada terasa ringan, damai. Terasa dekat dan mesra dengan Tuhannya. Kenikmatan yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Duhai, kalaulah tidak karena ketinggalan pesawat, aku tidak akan mengalami 8 rakaat yang sangat berharga ini. Bahkan sudah lama aku tidak melakukan shalat dhuha 8 rakaat. Subhanallah, mungkin Allah ingin mencuci diriku dahulu sebelum menyampaikan materi spiritual entrepreneurship, sehingga semoga materinya akan lebih berkualitas dan Allah berkenan dengan training itu, Allah memberikan hidayah-Nya kepada para peserta. Wallahu a'lam.

Zone 3 Bandara SH
---
Judul Asli: Berpikir Positif 01
www.agungy.blogspot.com