Rabu, 02 November 2011

Berserah Diri Pada Rancangan Allah

Sesungguhnya kau tidak mengetahui akhir dan akibat dari setiap urusan. Mungkin kau bisa mengatur dan merancang sebuah urusan yang baik menurutmu. Tetapi ternyata urusan itu berakibat buruk bagimu. Mungkin saja ada keuntungan di balik kesulitan dan sebaliknya, banyak kesulitan di balik keuntungan. Bisa bahaya datang dari kemudahan dan kemudahan datang dari bahaya.

Mungkin saja anugerah tersimpan dalam ujian dan cobaan tersembunyi di balik anugerah. Dan bisa jadi kau mendapatkan manfaat lewat tangan musuh dan binasa lewat orang yang kau cintai. Orang yang berakal tidak akan ikut mengatur bersama Allah karena ia tidak mengetahui mana yang berguna dan mana yang berhahaya bagi dirinya.

Syekh Abu al-Hasan rahimahullah berkata, "Ya Allah, aku tidak berdaya menolak bahaya dari diri kami meskipun datang dari arah yang kami ketahui dan dengan cara yang kami ketahui. Lalu, bagaimana kami mampu menolak bahaya yang datang dari arah dan cara yang tidak kami ketahui?!"

Cukuplah untukmu firman Allah, "Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal ia baik untuk kalian. Bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal ia buruk untuk kalian. Allah mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui.

Sering kali kau menginginkan sesuatu, namun Dia memalingkannya darimu. Akibatnya, kau merasa sedih dan terus menginginkannya. Namun, ketika akhir dan akibat dari apa yang kauhasratkan itu tersingkap, barulah kau menyadari bahwa Allah SWT melihatmu dengan pandangan yang baik dari arah yang tidak kauketahui dan memilihkan untukmu dari arah yang tidak kauketahui. Sungguh buruk seorang hamba yang tidak paham dan tidak pasrah kepada-Nya.

Diceritakan bahwa ada seorang arif, yang ketika ditimpa musibah, berkata, "Tak apa-apa, itu baik." Pada suatu malam, seekor srigala datang dan memakan ayamnya. Ketika diberitahu, la menjawab, "Tidak apa-apa." Di malam berikutnya anjingnya mati. Saat diberi tahu ia menjawab, "Semuanya baik-baik saja." Lalu esok harinya keledainya juga mati. la tetap berkata, "Tak apa." Keluarganya tidak menyukai jawaban itu.

Namun, pada malam berikutnya, sekelompok orang menyerang desa itu dan membunuh semua penduduknya. Tidak ada yang selamat kecuali si arif dan keluarganya. Ternyata, gerombolan itu mendatangi penduduk mengikuti suara ayam, gonggongan anjing, dan bunyi keledai. Sementara, si arif itu tak lagi memilikinya. Kematian hewan-hewan itu menjadi sebab keselamatannya. Mahasuci Allah Yang Maha Mengatur dan Maha Bijaksana.

Seorang hamba menyadari baiknya pengaturan Allah setelah suatu peristiwa berlalu. Itulah sifat manusia kebanyakan. Berbeda dengan kalangan khusus yang memahami Allah dan mengetahui baiknya pengaturan Allah sebelum peristiwa itu berlalu. Kalangan khusus ini pun terbagi ke dalam beberapa tingkatan:

Ada orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt sehingga mereka berserah diri kepada-Nya karena Dia telah banyak memberikan anugerah dan karunia.

Ada yang berbaik sangka kepada Allah Swt karena mengetahui bahwa merisaukan nasib dan ikut mengatur tidak akan mampu menolak ketentuan yang telah ditetapkan atas dirinya dan tidak akan mendatangkan apa yang bukan bagiannya.

Ada pula orang yang berbaik sangka kepada Allah Swt karena memahami hadis qudsi, "Aku sesuai dengan prasangka hamba-Ku kepada-Ku."

la terus berbaik sangka kepada Allah Swt seraya bekerja dan berusaha dengan harapan Allah akan memperlakukannya sesuai dengan prasangkanya yang baik. Dan, Allah berbuat kepadanya sesuai dengan prasangkanya. Allah telah memudahkan karunia bagi orang beriman sesuai dengan prasangka mereka. Dia berfirman, "Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesulitan."

Tingkatan paling tinggi adalah orang yang menyerah dan pasrah kepada Allah Swt karena menyadari bahwa sikap itulah yang layak ia jalani, bukan karena mengharapkan kebaikan bagi dirinya. (Dikutip dari al-Tanwir fi isqath al-tadbir, karya Ibn ‘Athaillah al-Sakandari).

agungy.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar